Pada
koneksi antar materi modul 1.4 ini kita akan meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di paket Modul 1 yang terdiri
dari modul 1.1 Filosofi Ki Hajar Dewantara, 1.2. Nilai dan peran Guru
Penggerak, 1.3 Visi Guru Penggerak dan 1.4 Budaya Positif.
Pada modul 1.1 membicarakan mengenai pendidikan yang tidak terlepas dari sosok Ki Hajar
Dewantara atau bernama asli, R.M. Soewardi Soerjaningrat yang merupakan Bapak
Pendidikan Nasional. Pemikirannya yang sangat maju, terutama kepada kalangan
bumiputra saat itu menjadikan ia merupakan tokoh nasional yang sangat
berpengaruh dalam dunia pendidikan kita. diantaranya adalah semboyan ing ngarso sung tulodo (didepan memberi
contoh) ing madyo mangun karso
(ditegah memberi semangat) tut wuri
handayani (di belakang memberi dorongan).
Bagi
Ki Hajar Dewantara, pendidikan tidak boleh dimaknai sebagai paksaan. Pendidikan
adalah tuntutan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, yang maksudnya adalah menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar tercapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyrakat. Dalam proses menuntun anak diberi kebebasan, namun pendidik sebagai
pemong memberi tuntunan agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar
serta arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan diri. Ia
menginginkan peserta didik harus mengunakan dasar tertib dan damai, tata
tenteram dan kelangsungan kehidupan batin, kecintaan pada tanah air menjadi
prioritas. Karena ketetapan pikiran dan batin itulah yang akan menentukan
kualitas seseorang. Pengajaran merupakan pendidikan dengan cara memberi ilmu
atau manfaat bagi murid secara lahir batin.
Mendidik
dalam arti sesungguhnya adalah memanusiakan manusia. Pendidik juga memerdekakan
yakni dengan membiarkan anak tumbuh menurut bakat dan minatnya sesuai kodrat
alam dan zaman dimana anak itu tumbuh. Sebagai seorang pendidik dengan peran
sebagai pamong untuk menuntun, anak diberi kebebasan dalam belajar namun
senantiasa diarahkan agar tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
Proses pembelajaran yang disusun pun haruslah berpihak pada anak sehingga
mereka memiliki kenyamanan dalam belajar dan mengembangkan potensi yang
dimilikinya. Perencanaan pembelajaran haruslah juga disusun berdasarkan
karakteristik masing-masing peserta didik. Menyesuaikan dengan gaya belajar,
minat dan potensi yang mereka miliki. Inilah yang disebut dengan kemerdekaan
dalam belajar. Segala proses belajar ini bertujuan untuk membangun budi pekerti
yang dalam melaksanakan pembelajaran berfokus pada proses bukan hasil semata.
Pemikiran
KHD tersebut, berhubungan juga dengan nilai dan peran Guru Penggerak seperti
yang dipaparkan pada modul 1.2 yakni sebagai berikut:
Nilai
Guru Penggerak
1.
Berpihak pada
murid
2.
Mandiri
3.
Reflektif
4.
Kolbaoratif
5. Inovatif
Peran Guru Penggerak
1.
Menjadi pemimpin
pembelajaran
2.
Mewujdukan kepemimpinan
murid
3.
Mendorong kolaborasi
4.
Menjadi coach
bagi guru lain
5. Menggerakkan komunitas praktisi
Nilai
dan peran guru penggerak ini kemudian dituangkan kedalam visi guru penggerak
sesuai dengan yang ada di modul 1.3. Visi guru penggerak adalah representasi
visual tentang bagaimana murid kita di masa depan. Yakni, mewujudkan profil
pelajar pancasila. Dalam menyusun visi, hendaklah berpihak pada murid sebagai
landasan segala perubahan dalam pendidikan dengan pola pikir positif melalui
pendekatan inkuiri apresiatif menggunakan tahapan BAGJA (Buat pertanyaan, Ambil
pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi).
Berdasarkan
penerapan BAGJA akan muncul pembiasaan-pembiasaan positif yang kita kenal
dengan budaya positif. Ini merupakan materi yang dikaji pada modul 1.4. Budaya positif
akan menciptakan rasa aman dan nyaman pada murid selama proses pembelajaran. Budaya
positif dapat mendorong murid untuk mampu berpikir, bertindak dan mencipta
sebagai proses memerdekakan dirinya. Sehingga murid lebih mandiri dan
bertanggung jawab.
Dengan
demikian dapat kita simpulkan dari modul 1.1, 1.2, 1.3. dan 1.4 adalah seorang
guru penggerka haruslah mampu memahami nilai dan perannya untuk mewujudkan visi
yang disusunnya berdasarkan filosofi pemikiran KHD yakni berpihak pada murid.
Sebuah visi akan tercapai bila terukur, konkrit, sistematis dan terencana. Maka
diperlukan pendekatan inquiri apresiatif (pendekatan berbasis kekuatan dan
kolaboratif) dengan tahapan BAGJA. Berdasarkan penerapan tahapan BAGJA, akan
muncul pembiasaan positif yang kita kenal dengan budaya positif. Budaya ini
dapat mendorong murid untuk mampu berpikir, bertindak dan mencipta sebagai
porses memerdekakan dirinya, sehingga murid lebih mandiri dan bertanggung
jawab. Sehingga tujuan pembelajaran yakni mewujudkan manusia yang merdeka akan
tercapai.
Disiplin
positif sangat penting dimiliki dan diterapkan, hindari pula hukuman dan
penghargaan sebaiknya tidak dilakukan secara berlebihan. Pemberian penghargaan
yang berlebihan akan menjadikan motivasi intrinsik tidak muncul secara alami. Dalam
menerapkan disiplin positif sebagai guru sebaiknya kita memilih posisi kontrol
sebagai seorang manager. Posisi ini akan memungkinkan kita untuk menjadi
pribadi yang memanusiakan manusia. Salah satu metode yang dapat kita pilih
dalam penyelesaian permasalahan peserta didik adalah dengan penerapan langkah
segitiga restitusi. Seperti yang pernah saya lakukan saat peserta didk saya melakukan
kesalahan menyalahi keyakinan kelas dengan mengenakan topi saat KBM di kelas
dan peserta didik saya yang juga terlambat dalam pemenuhan tugas. Langkah restitusi
yang dilaksanakan ada tiga yakni, menstabilkan identitas, validasi dan menanyakan
keyakinan. Dari hasil restitusi itu saya merasa bahwa kegiatan ini sangat baik
dan memantik peserta didik untuk bepikir solusi yang terbaik bagi mereka, sekaligus
melatih diri saya sendiri untuk menerapkan budaya positif dan mengambil posisi
kontrol yang baik.