Selasa, 16 Agustus 2016

Tetanggaku Anak Kelinci (1)

Mataku tak dapat terkatup dengan nyamannya. 
Pikiranku melayang, hatiku terbang padahal malam kian larut. 
Semakin gelap dan kelam. 
Semilir angin dingin, khas suguhan malam. 
Tak lantas membuatku terlelap. Bising!!
Gludak!! Gluduk!! Persis anak kelinci, 
itulah gaduh yg disuguhkn tetanggaku. 
Seonggok pemuda berlemak yang menantang malam sambil cekikikan didepan kotak aneh yg dapat membawa manusia melanglang buana bernama laptop bermodem. 
Ia tak sendiri, lantunan musik pop rock, punk rock, membuatnya berkonser ria degan suara cempreng miliknya...jika mendegarnya, Aku hanya dapat bergumam dalam hati... Manusia tak dapat hidup sendiri di dunia ini tapi terkadang manusia jg lupa bahwa ia hidup tak sendiri di dunia ini.
Kulirik jam weker di atas lemari kamarku, sudah pukul 00.02 rupanya. 
Hari boleh berganti, namun suara sumbang dari tetangga kamar itu rupanya tak juga mampu menina bobo-kan aku. Aku kembali menghela nafas panjang, kunikmati setiap aroma dingin yang perlahan menyusup masuk dalam rongga paruku. Hingga akhirnya aku tersentak ketika mendengar suara sumbang pria berlemak itu berubah menjadi erangan rasa sakit yang hebat.
Aku terlonjak dari peraduanku. Spontan aku berdiri dan merapatkan telingaku ke dinding. samar kudengar suara bisik dan suara rintihan si pemuda berlemak ituJantungku semakin berdegub kencang, rasa kesal yang sedari tadi menyelimuti hatiku berubah menjadi takut, cemas, sekaligus khawatir. Apa gerangan yang terjadi ada si pria berlemak itu, batinku. Kutempelkan kembali telingaku ke dinding yang memisahkan kamar kami. Terdengar suara benda diseret. Aku semakin ngeri. Perlahan kubuka jendela kamarku, aku sungguh tak berharap melihat langsung apa yang terjadi pada pria berlemak itu namun ntah mengapa rasa penasaran yang semakin membuncah memberanikan diriku untuk membuka jendela renta itu. Ngiiiitttttt...... jendela renta merintih ketika kubuka. Aku melihat sekitar dengan seksama memperhatikan apa saja yang ada disekitar. Sampai tatapanku tertuju pada sesuatu yang sangat membuatku kaget. hampir saja aku berteriak ngeri. aku terdiam, syok dan tak mampu berkata saat kulihat tubuh si pria berlemak itu diseret dengan susah payah oleh sorang pria bertopeng dena berpakaian serba hitam. Tubuh pria berlemak itu terlihat sangan sulit diseret oleh pria bertopeng yang berperawakan ceking itu. Aku yang masih terkejut tetap memandang nanar ke arah dua manusia yang berbeda postur itu. .......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar